Minggu, 22 September 2013

manfaat sedekah

 Manfaat Sedekah
Pada dasarnya ada tiga pihak yang mendapatkan manfaat dari sedekah. Pertama, orang yang mengeluarkan sedekah. Kedua, orang yang mendapatkan sedekah. Ketiga, masyarakat yang ada di sekitar orang yang bersedekah. Marilah kita teliti manfaat sedekah tersebut dari tiga sudut pandang.
Manfaat Sedekah Bagi Orang Yang Mengeluarkannya
Sebenarnya manfaat terbesar dari amal sedekah itu bukan orang yang menerimanya, tetapi justru orang yang mengeluarkannya. Orang yang mengeluarkan sedekah mendapatkan banyak manfaat dari sedekahnya. Di antara manfaat sedekah bagi pelakunya adalah sebagai berikut.
1.      Sebagai Kesempurnaan Iman dan Islam
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin yang artinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Karena itu, Islam bukan hanya mengajarkan bagaimana seorang muslim itu berhubungan dengan Tuhannya. Akan tetapi, islam juga mengajarkan bagaimana berhubungan baik dengan keluarganya, tetangganya, dan masyarakatnya.
Rasa empati sosial dalam ajaran agama Islam bukan hanya dalam wacana-wacana kosong yang tanpa aplikasi. Akan tetapi, rasa empati sosial dalam Islam diwujudkan dengan tindakan-tindakan nyata, bukan sekedar pengakuan. Oleh karena itu, orang yang mengaku bertakwa ditantang oleh Allah untuk melakukan perbuatan sebagai bukti keimanan, keislaman, dan ketakwaannya. Jika perbuatan yang diperintahkan tersebut bisa dijalankan dengan baik, maka ia memang pantas disebut mukmin, muslim, dan muttaqin. Dalam Al-quran Allah berfirman:
Kitab (Al-Quran) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 2-3).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa menafkahkan rejeki adalah termasuk tanda-tanda ketakwaan. Dalam ayat di atas disebutkan menafkahkan sebagian rejeki adalah memberikan sebagian dari harta yang telah direzekikan oleh Tuhan kepada orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
Penjelasan bahwa menafkahkan rejeki termasuk dari ciri-ciri orang yang bertakwa juga dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 133-134.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dalam ayat di atas menginfakkan harta, yang salah satunya adalah dengan sedekah, adalah ciri pertama orang yang bertakwa. Allah memerintahkan meninfakkan harta bukan saja dalam keadaan senang akan tetapi juga dalam keadaan susah.
Untuk bisa menginfakkan harta dalam segala keadaan dan suasana memang bukanlah sesuatu yang mudah. Ada orang yang di saat merasa senang, lega hatinya, dan tentram jiwanya tidak merasa berat untuk menginfakkan hartanya. Apalagi jika ia baru mendapat rejeki yang tidak diduga-duga. Memberikan sebagian hartanya bukanlah sesuatu yang berat. Namun ada pula orang yang merasa ringan untuk bersedekah dalam keadaan sulit. Atau mungkin malah saat nyawa baru sekarat ia baru ingat sedekah. Sementara ketika dalam keadaan sehat ia berat untuk memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Allah memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian rejeki bukan saja di saat dalam keadaan senang namun juga dalam keadaan susah. Masing-masing ada keutamaanya. Orang yang bersedekah saat dirinya dalam keadaan sehat dan mendambakan kekayaan akan memperoleh pahala yang agung. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan,
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah seperti apakah yang pahalanya paling agung?” Beliau menjawab, “Kamu bersedekah pada saat kamu merasa sehat, merasa sayang kepada harta, takut menjadi fakir, dan mendambakan kekayaan. Janganlah kamu menunda sedekah hingga nyawamu sampai di tenggorokan. Lalu kamu berkata, “Untuk si A sekian, untuk si B sekian, dan untuk si C sekian.”
Sabda Rasulullah di atas mengindikasikan betapa cerdasnya beliau. Beliau mengetahui bahwa saat orang dalam keadaan sehat dan memiliki harta maka ia akan merasa kurang terhadap hartanya tersebut. Meskipun ditangannya ada kekayaan namun hati dan jiwanya masih sangat haus harta dan menginginkan tambahan yang jauh lebih banyak. Orang yang dalam keadaan untuk mengeluarkan sedekah merasa berat. Ia merasa bahwa masih banyak kebutuhan-kebutuhan ekonominya yang harus dicukupi sehingga hal itu akan menjadi penghambat utama saat ia ingin bersedekah.
Bersedekah dalam keadaan sangat membutuhkan, terutama pada saat pecekik juga sangat dianjurkan. Di dalam surat Al-Balad Allah berfirman:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu, apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. (Al-Balad: 10-16).
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa memberikan makanan bagi anak yatim dan fakir miskin saat musim pacekik disamakan dengan ‘aqabah’. Aqabah adalah jalan yang berliku-liku, licin, dan sukar didaki yang ada di gunung. Artinya bisa memberikan sesuatu di saat diri sendiri sangat membutuhkan adalah sangat sulit. Oleh karena itu Allah menyebut mereka sebagai golongan kanan atau golongan yang berbuat kebajikan.
Salah satu rukun Islam adalah membayar zakat. Zakat adalah bagian dari sedekah. Para ulama menamakan zakat sebagai sedekah wajib. Orang yang memiliki kelebihan harta tetapi enggan membayar zakat diancam oleh Allah dengan siksa yang pedih.
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS At-Taubah: 34-35).
Begitulah pedihnya azab yang harus diterima oleh orang yang enggan mengeluarkan zakat. Dan jika untuk mengeluarkan zakat. Dan jika untuk mengeluarkan zakat yang hukumnya wajib saja orang sudah enggan apalagi untuk mengeluarkan sedekah sunah.
2.      Tanda Husnu Zhan kepada Allah
Setiap manusia memiliki kecenderung menyukai harta benda. Kecenderungan tersebut mendorongkannya untuk mencari apa yang belum dimiliki dan mempertahankan apa yang sudah ada ditangan. Bahkan kadang manusia melampaui batas sehingga ia mengganggap rejeki yang dimilikinya bukan berasal dari Allah namun dari kerja kerasnya.
Orang yang mau mengeluarkan sebagian rejekinya untuk disedekahkan kepada orang lain berarti di dalam dirinya ada husnu zhan (berbaik sangka) kepada Allah. Ada keyakinan di dalam dirinya bahwa Allah akan mengganti sedekah yang dikeluarkannya tersebut dengan sesuatu yang lebih baik. Berbeda dengan orang  pelit yang menganggap pintu rejeki itu hanya kerja keras dan kikir kepada orang lain. Ia tidak yakin jika ia mengeluarkan sedekah niscaya Allah akan menggantinya yang lebih baik. Dalam sebuah hadist qudsi disebutkan bahwa Allah berfirman, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” Apabila orang mau berbaik sangka kepada Allah, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya. Dan jika orang berburuk sangka kepada Allah, prasangka itu akan kembali kepadanya.
Karena sedekah bisa menjadi bukti seorang hamba berbaik sangka kepada Allah, maka tidak mengherankan jika Allah juga akan memberikan apa yang lebih baik daripada apa yang disangkanya sehingga sedekah itu tidak akan membuat hartanya berkurang namun justru akan membuat hartanya bertambah. “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.”
3.      Mensyukuri Nikmat Allah
Harta adalah salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan Allah tidak membagi harta kepada semua manusia dengan bagian sama. Ada orang yang mendapatkan bagian yang banyak dan ada yang mendapatkan bagian yang sedikit. Semua itu semata-mata hanya untuk menguji manusia apakah jika ia diberi harta yang banyak akan bersyukur ataukah tidak. Dan apakah jika ia diberi harta sedikit apakah akan bersabar ataukah tidak.
Syukur atau yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan terima kasih itu tidak semata-mata diucapkan dengan lisan. Akan tetapi harus disertai keyakinan dan perbuatan nyata. Orang yang mengaku bersyukur namun tidak bisa menggunakan nikmat di jalan Allah berarti dia belum bersungguh-sungguh dalam syukur nikmatnya namun hanya pemanis kata belaka.
Allah menjamin bagi orang yang mensyukuri nikmat Allah akan diberikan tambahan nikmat. Dan orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah, maka ia akan mendapatkan azab yang pedih sebagaimana firman Allah:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku). Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7).
Ayat di atas menjadi jaminan bahwa orang yang mensyukuri nikmat Allah akan mendapatkan tambahan nikmat tersebut. Tambahan itu bisa berupa nikmat materi ataupun nikmat non materi. Nikmat materi bisa dengan hartanya semakin bertambah, proyeknya lancar, dan sebagainya. Sedangkan tambahan yang bersifat non-materi misalnya hartanya bertambah berkah, hatinya tentram walaupun sedikit hartanya, urusannya dimudahkan oleh Allah, dan sebagainya.
4.      Sebab Memperoleh Cinta Allah Dan Cinta Sesama Manusia
Orang dermawan dicintai dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari neraka. Orang yang pelit jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada neraka.
Perintah Allah kepada kita untuk bersedekah sudah sangat jelas, baik yang disebutkan dalam Al-Quran maupun hadist qudsi. Pada hakikatnya orang yang bersedekah menjadi wakil Allah dalam mengasihi hamba-hamba-Nya. Keutamaan-keutamaan dan pahala-pahala sedekah sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist. Karena itu, salah satu langkah jitu untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah adalah dengan cara mengasih sesama manusia. Dan salah satu cara mengasihi sesama manusia adalah dengan bersedekah kepada mereka.
Dikisahkan ada seorang sufi yang bermimpi melihat catatan orang-orang yang mencintai Allah. Namun, sayang ternyata ia tidak mendapatkan namanya tercantum di sana. Kenyataan pahit itu tidak membuatnya putus asa. Ia berkata, “Mungkin untuk disebut sebagai orang yang mencintai Allah aku belum pantas. Karena itu, lebih baik aku mencintai sesama manusia saja.” Pada malam yang lain ia kembali bermimpi bisa melihat catatan orang-orang yang mencintai sesama manusia saja.” Pada malam yang lain ia kembali bermimpi bisa melihat catatan orang-orang yang mencintai Allah. Anehnya, ternyata namanya ada barisan paling atas. Ternyata perbuatan cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia bisa menjadikan sebab seseorang dicintai oleh Allah. Pantaslah jika rasulullah bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami dan tidak menyayangi orang yang lebih muda daripada kami.”  Dalam hadits lain disebutkan, “Barang siapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” Dalam hadits lain disebutkan, “Kasihilah yang ada di atas bumi niscaya yang ada di atas langit akan mengasihimu.”
Selain kecintaan Allah, orang yang suka bersedekah akan mendapatkan kecintaan dari sesama manusia. Sudah menjadi tabiat manusia untuk ingin diperhatikan, dimengerti, dan dibantu. Sedekah adalah salah satu bentuk empati sosial. Orang yang memiliki memberi apa yang dimilikinya kepada orang yang memerlukan. Tidak disangsikan lagi, bahwa setiap orang yang diberi suatu kenikmatan pasti ia akan merasa senang dengan pemberinya. Dengan kita rajin melakukan sedekah, Insya Allah akan menjaga lahir batin kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar